BEBASKAN & LIARKAN RASA YANG TERPENDAM HANYA UNTUK ALLAH

Jumat, 25 Mei 2012

MAWAR KEGELAPAN

Apa maknamu yang hijau dalam sebuah mawar kegelapan ? Akankah kau tau ada duri yang telah membusuk di dalam danging ? Sudahkah kaurasakan kegelapan yang merayap menggerayangi mawarmu ? Tak adakah risau saat duri mawar hilang dan membusuk ? Di pagi perjalanan embunmu sangatlah menyejukkan Ditimpa cercah silau fajar cakrawala Terik dendang padang ilalang mengantarkanku ke pelukanmu dalam rindu Dendam pagi dalam sorot raut kegelapan yang nyata berpeluk duri Seorang prajurit tua yang memandang surya sore ini Menikmati hawa kemerdekaan yang telah dia perjuangkan dengan darah dan linangan air mata walau hanya dalam secangkir kopi dan sebatang rorok serta linangan keringat sehabis menarik pedati pengangkut pasir Seberapa kita memahaminya ? Guruku sebuah permata yang takkan hilang Telah kaugoreskan intan di jalanku Guruku telah kauggendong dan membagikan surga lewat deburan kapur Telah kumandangkan nirwana untuk kami Semoga kaupeluk bantal guling saat kau tidur Semoga telah kauhirup senandung surga Dalam peluk mesra Sang Pencipta ( Suara Angin Malam : Mawar Hijau Kegelapan; 2009 )

KUTEMUKAN LAGI......

Seorang prajurit tua yang memandang surya sore ini Menikmati hawa kemerdekaan yang telah dia perjuangkan dengan darah dan linangan air mata walau hanya dalam secangkir kopi dan sebatang rorok serta linangan keringat sehabis menarik pedati pengangkut pasir Seberapa kita memahaminya ?

Sabtu, 22 Mei 2010

KETIKA DEDAUNAN ITU KERING

Menatap merahnya merah langit mendung sebuah perjalanan
Meraba debar perutku yang terbayang kemarau pagi
Memandang sebatang pohon kering di taman hati
Menengadah ke langit memohon ampunan Sang Keagungan
Satu ranting telah patah dan kembali ke pelukan Sang Esa
Angker terasa …. !
Ya, itulah nyanyi sunyi dikumandangkan bumi renta ini
Ada angkuh di raut langit
Ada aroganmu di atas roda pedati
Ada Sombongmu di pelupuk air sungai yang tergenang
Ada percikan celoteh basi sebuah perjanjian
Seringai taringmu ….!
Jadi sebuah hikayat perang bagi nurani
Di sana menetes air dari pegunungan yang segar membasuh penatku
Di sini tercurah tetes langit yang bening menyeka lukaku
Aku haya bisa tertatih saat telah lama tersungkur
Merelakan semua langit dan bintang yang kupunya
Iklaskan semua emas yang kusimpan
Demi semua luka yang berserakan untuk darah kering yang legam
Buaian nina bobok mengantar jauh mimpi buruk
Senandung jembatan tua membelai dedaunan yang baru saja kerin
Menyeka dengan sisa darah berceceran
Mengukir indah di atas daun kering
Akan tatapan merahnya merah langit mendung sebuah perjalanan
Akan rabaan debar perutku yang terbayang kemarau pagi
Akan pandangan sebatang pohon kering di taman hati
Menengadah ke langit memohon ampunan Sang Keagungan
Satu ranting telah patah dan kembali ke pelukan Sang Esa
( Suara Angin Malam : Mawar Hijau Kegelapan; 2009 )

SEBUAH SURAT UNTUKMU

Saat ini lima tahun yang lalu ada sebuah ucapan manis yang tak pernah terlupakan untuk sebuah pernyataan bathin yang terkekang dalam. Dengan lirih terucap “ Adakah suatu yang salah jika seseorang menginginkan dan diinginkan ?”
Sampailah pada sebuah masa saat aku harus menyatakannya walau masih ragu. Di sinilah sebuah simpang jalan yang sulit untuk diraba dan diterjemahkan. Manakah cinta dan manakah keinginan untuk memiliki ? Adakah sebuah perbedaan antara keduanya telah kabur atau telah menyatu ?
Yang sangat patut untuk dipertanyakan adalah; yang hadir adalah cinta ataukah kasih saying ? Kusongsong jalan dengan sebuah gambaran pasti beralaskan kasih saying karena akan lebih mulia entah kau …..
Adakah kaumiliki sebuah kasih yang telah lama terlupakan ? ataukah doa-doa dari sebuah nurani yang tergenggam dalam sebuah megamaya biru tanpa suatu batas.
Dari sebuah nurani yang dalam aku terbata dan menganga sebuah luka kepadamu saat telah kautinggalkan nyata dalam kubangan sebuah linangan darah dan air mata.
Ada suatu kenyataan yang tak pernah terbayangkan. Bahwa aku kembali dari jauh dengan tertatih, mengumpulkan semua lukaku yang berserakan, semua duka yang bertebaran demi sebuah surga yang kaubutuhkan. Agar tak’kan pernah kaulupa bahwa air mata yang tercurah tak kering selamanya. Bahwa di dada ini ada kisah yang telah menggores dengan sebilah pisau tanpa suara.

Adalah suatu kehilangan yang telah mengoyak semua keadaan dari sisi yang berbeda. Kautanyakan sebuah pernyataan yang agak jauh dari jantung otakku
“ Akankah yang kaulakukan adalah sebuah percikan air di telaga, ataukah matahari yang setia bersinar tanpa bertanya akan sebuah akhir “
…. dan sebuah keadilan akan perlakuanmu terhadap kata mati kepadaku ?
( Suara Angin Malam : 7 Pebruari Damai di Hati 00.00 )

Panggilan Sang Langit

Panggilan Sang Langit

( Prajurit Hati )

Sapta Chandra Awrehaken Dharma

Semilir Suara Angin Malam membawaku Dalam Kesetiaan Sejati

Lirih Terdengar di Kejauhan Menghembus Kedamaian

Kala Yodha Donyan Wiwarahaken Luhur Pakarti Tumuju Wiraloka

Dendang Padang Ilalang Memberi kita kedamaian Di Timangan Yang Agung

Amokti Satya Pandu Wreh Satmaka Dharma Widyaloka

Dalam Lindungan, Dalam Kasih, Dan Dalam Ridho Allah

Kutancapkan Merah Putih di Tanah Pertiwi

Kutegarkan Jatidiri Menuju Yang

Kuasa Saat aku Menjelma

( Suara Angin Malam )